Wednesday, March 16, 2011

"Kesombongan Seorang Penulis Terkenal"


Dikisahkan tentang seorang penulis terkenal di Eropa. Sebelumnya penulis itu hanya orang miskin yang selalu hidup serba terbatas. Tetapi berkat ketekunan dan kerja kerasnya, ia mampu menciptakan karya-karya mengagumkan. Dalam waktu cukup singkat namanya terkenal di seantero negri.Tetapi hampir semua rekan-rekan dan orang-orang yang sebelumnya dekat dengannya menyayangkan perubahan sikap penulis tersebut. Penulis tersebut benar-benar sudah melupakan asal-usul, sikapnya sombong atau terlalu membanggakan kekayaan dan kepopulerannya. Tak hanya itu, ia semakin tidak peduli terhadap keadaan orang-orang di sekelilingnya dulu yang masih terhimpit kemiskinan.

Suatu hari, seorang wanita tua mendekati penulis tersebut. Wanita itu memohon pendapat penulis tersebut tentang isi sebuah buku catatan. “Menurut Bapak, apakah tulisan anak ini bagus?” tanya wanita tua itu sembari menyerahkan sebuah buku catatan lusuh.

Si penulis menerima buku catatan tersebut tanpa memandang wanita tua itu. “Apakah ini buku catatan anak Ibu?” tanya penulis tersebut.

“Bukan!” jawab wanita tua singkat.

“Kamu kakaknya?” tanya penulis itu ketus.

“Bukan. Saya adalah gurunya,” kata wanita tersebut sambil tersenyum bangga.

“Ah, tulisan seperti ini sangat jelek, mirip cakar ayam. Sama sekali tidak bisa dibaca. Saya tidak yakin anak ini kelak akan berhasil,” kata penulis terkenal itu tak acuh.

Wanita tua tersebut hanya tersenyum sambil menerima buku catatan itu dari tangan si penulis. Tak nampak gurat kemarahan sama sekali atas komentar pedas si penulis. Kemudian dia berkata, “Sebenarnya buku ini adalah buku catatanmu waktu masih kecil. Tidakkah kamu ingat saat itu kamu adalah murid saya?”

Penulis terkenal itu tertegun sejenak. Ia segera meraih buku itu, kemudian memperhatikan baik-baik tulisan didalamnya. Setelah cukup mengenali itu adalah tulisan miliknya, wajah penulis tersebut memerah pertanda malu. Kejadian itu benar-benar spesial karena si penulis terkenal mengubah prilaku sombongnya. Sejak saat itu ia juga dikenal sebagai orang yang rendah hati, baik tutur katanya dan ringan tangan membantu siapapun yang memerlukan bantuan.

Pesan :

Dalam kisah di atas kita dapat merasakan bahwa kesuksesan sesungguhnya tak dapat diukur berdasarkan kemajuan dari segi materi semata, melainkan juga kemuliaan sikap. Seharusnya kesuksesan semakin membuat kita berhati-hati dalam bersikap agar tidak terjerembab dalam kesombongan. Karena bila kita sombong sama seperti menggali lubang kuburan kita sendiri.

Kita sendiri cukup sering lupa diri, karena merasa paling baik, paling pintar, dan lain sebagainya. Tak jarang kita memandang orang lain lebih rendah, lebih buruk, lebih jelek, atau pandangan-pandangan semacamnya. Padahal jika direnungkan, kita tidak lebih baik dibandingkan mereka.

Bila penulis terkenal itu mendapatkan sebuah kejadian yang membuatnya malu hingga kembali bersikap rendah hati, lalu apakah kita menunggu sebuah pukulan keras dari Tuhan YME agar kita sadar dan kembali bersikap rendah hati? Sekaranglah saatnya kita berbenah bersama. Jangan pernah merasa lebih baik dari yang lain atau mengabaikan peran orang lain, karena mereka bisa jadi punya andil yang sangat besar dan mendukung keberhasilan kita.

No comments:

Post a Comment